Baju Adat Palembang

  • Budayanesia
  • Apr 28, 2024
Baju Adat Palembang

Sama seperti daerah lain di Indonesia, Palembang juga memiliki baju adat dengan ciri dan keunikannya sendiri. Baju adat Palembang itu berasal dari abad ke-16 pada zaman Kesultanan Palembang. Dulu, hanya kalangan bangsawan saja yang boleh mengenakan pakaian adat ini, namun saat ini, pakaian tradisional khas Palembang boleh dikenakan oleh siapa saja, khususnya saat acara pernikahan.

Ciri/Keunikan Baju Adat Palembang

Ciri Keunikan Baju Adat Palembang

Pakaian adat Palembang adalah salah satu lambang peradaban budaya masyarakat yang tinggal di wilayah ‘Bumi Sriwijaya’ julukan dari Propinsi Sumatera Selatan. Hal tersebut bisa dilihat dari adanya makna filosofis serta keselarasan warna, corak dan aksesoris baju adat tersebut.

Nama baju adat Palembang adalah Aesan yang terbagi menjadi 2 jenis yaitu Aesan Gede yang mewakili simbol kebesaran dan Aesan Paksangko yang menyimbolkan keanggunan masyarakat yang mendiami wilayah Sumatera Selatan. Tampilan megah dan mewah sangat terlihat dari dua jenis baju adat ini, bahkan membuat orang yang mengenakannya akan terlihat seperti raja dan ratu.

Baju Adat Palembang untuk Wanita

Baju Adat Palembang untuk Wanita

Baju adat Palembang Aesan Gede untuk wanita terdiri dari kain songket Palembang yang dililitkan ke tubuh, mulai dari bagian dada hingga menutupi kaki. Oleh sebab itu, busana ini terlihat lebih terbuka, sebab memperlihatkan bagian lengan wanita. Namun, jika kamu ingin tampil lebih tertutup maka pakaian adat yang bisa dikenakan adalah Aesan Paksangko yang memadukan baju kurung khas Palembang dengan kain songket sebagai bawahannya.

Oleh sebab itu, Aesan Paksangko dapat dijadikan sebagai baju adat Palembang hijab, sebab lebih mudah dipadukan dengan hijab karena baju kurung memiliki model yang cukup longgar dan berlengan panjang sehingga menutupi aurat secara sempurna. Pada dasarnya, kedua jenis pakaian adat dari Palembang tersebut cukup mirip apalagi juga sama-sama dilengkapi dengan aksesoris penutup dada.

Selain aksesori penutup dada yang disebut teratai dada, ada pula beberapa aksesoris lainnya yang wajib digunakan oleh perempuan Palembang ketika mengenakan baju adat tersebut. Beberapa aksesoris tersebut diantaranya seperti selempang dan sumping. Bukan hanya itu saja, umumnya pakaian adat khas Palembang itu didominasi dengan warna merah muda yang dikombinasikan dengan warna emas.

Baju Adat Palembang untuk Pria

Baju Adat Palembang untuk Pria

Pakaian tradisional khas Palembang untuk pria juga disesuaikan dengan baju adat untuk wanita, dalam hal ini apabila menggunakan Aesan Gede maka pria yang mengenakan pakaian adat tersebut menggunakan kain songket yang dililitkan mulai dari bagian dada hingga menutupi lutut dan kemudian dipadukan dengan celana berbahan kain yang senada dengan kain songket yang dikenakan untuk penutup badan.

Sementara itu, jika menggunakan Aesan Paksangko maka laki-laki yang mengenakan baju adat tersebut juga akan mengenakan baju lengan panjang dengan motif tabur bunga emas. Selain itu, baju adat tersebut juga dipadukan dengan celana berwarna senada dengan baju atasannya. Kedua jenis baju adat khas Palembang itu sama-sama menggunakan penutup kepala berbentuk songkok.

Baju Adat Palembang untuk Anak-Anak

Baju Adat Palembang untuk Anak Anak

Pada dasarnya baju adat Palembang anak itu didesain sama seperti pakaian adat pada umumnya, yaitu Aesan Gede dan Aesan Paksangko. Namun, tentu dengan ukuran yang lebih kecil dan tambahan aksesoris yang lebih simpel. Meskipun baju untuk anak tk dan anak sd tersebut melalui proses modifikasi namun tidak meninggalkan esensi budaya Sumatera.

Biasanya, baju adat khas Palembang digunakan oleh anak kecil saat acara-acara tertentu saja, misal pada saat peringatan hari-hari besar Nasional khususnya hari Kartini, yang biasanya memang digelar dengan karnaval meriah di sekolah. Umumnya, para orang tua murid lebih memilih sewa baju adat karena lebih murah.

Namun, ada pula orang tua yang membeli pakaian adat tradisional, apalagi saat ini cukup banyak orang yang jual baju adat dari berbagai daerah di Indonesia dengan harga yang masih ramah di kantong. Saat melihat anak-anaknya mengenakan baju daerah, orang tua akan langsung mengabadikannya ke dalam foto agar bisa dijadikan kenang-kenangan masa kecil.

Baju Adat untuk Pernikahan Khas Palembang

Baik Aesan Gede maupun Aesan Paksangko juga sama-sama bisa dijadikan sebagai busana yang tepat untuk pernikahan. Kemegahan dan kemewahan yang diidentikkan dengan warna emas sangat terpancar dari kedua jenis baju adat Palembang tersebut.

Perpaduan warna emas dengan warna merah biasanya lebih sering dipilih untuk busana pengantin yang menggunakan adat Palembang. Namun seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan warna-warna lain untuk dipadukan dengan warna emas yang berasal dari benang emas kain songket juga semakin banyak, misal seperti perpaduan antara warna emas dan warna biru atau warna-warna lainnya.

  1. Aesan Gede

Aesan Gede

Aesan memiliki makna hiasan sedangkan Gede diartikan sebagai besar. Jadi, Aesan Gede merupakan istilah yang bisa diartikan sebagai hiasan yang besar atau agung. Oleh sebab itu, tampilan busana pengantin ini sangat memperlihatkan keagungan dan kemegahan yang membuat mempelai pria dan wanita yang mengenakan busana ini akan terlihat seperti raja dan ratu kerajaan Sriwijaya.

Dominasi warna merah berpadu kain songket dengan taburan benang emas menambah unsur gemerlap busana pengantin khas Palembang ini. Baik mempelai pria dan wanita yang mengenakan Aesan Gede sama-sama hanya mengenakan kain songket Palembang yang dililitkan ke tubuh. Namun, khusus untuk mempelai pria, kain songket yang dililitkan ke tubuh tersebut dipadukan pula dengan celana songket.

Selain kain songket, tubuh mempelai wanita dan pria juga akan sama-sama diberi terate yang berfungsi sebagai penutup dada dan bahu. Bukan hanya itu saja, busana pengantin Aesan Gede juga dilengkapi dengan banyak aksesori tambahan. Misalnya untuk mempelai wanita akan mengenakan mahkota karsuhun, kembang goyang, sumping, saputangan segitiga serta beragam perhiasan dada dan lengan.

Sedangkan untuk mempelai pria, beragam aksesoris yang digunakan diantaranya seperti kopiah cuplak, sumping, kalung kebo, klat bahu, pending dan selendang sawir. Cara memakai dua buah selendang sawir juga cukup unik, yaitu disilangkan mulai dari bahu kanan ke pinggang kiri dan selendang yang satunya disilangkan mulai dari bahu kiri ke pinggang kanan.

  1. Aesan Paksangko

Aesan Paksangko

Sedikit berbeda dengan Aesan Gede yang menyimbolkan citra agung, Aesan Paksangko ini menyimbolkan kesan anggun bagi pengantin yang mengenakannya. Selain itu, pakaian adat khas Palembang yang bisa dijadikan sebagai busana pengantin ini juga termasuk lebih mudah untuk dimodifikasi menjadi baju adat Palembang modern tanpa meninggalkan esensi pakaian adat.

Umumnya, busana pengantin Aesang Paksangko ini didominasi oleh perpaduan warna merah dan emas. Mempelai wanita akan mengenakan baju kurung berwarna merah dengan gambar atau motif bunga bintang serta dilengkapi pula dengan penutup dada yang bernama tengkupan terate dada. Baju kurung tersebut kemudian dipadukan dengan kain songket yang semakin menyempurnakan kesan anggun.

Sama seperti Aesan Gede, mempelai wanita yang mengenakan busana pengantin Aesan Paksangko ini juga akan menggunakan hiasan kepala seperti mahkota. Hiasan kepala yang dikenakan oleh mempelai wanita juga dilengkapi dengan beragam aksesoris berwarna keemasan, mulai dari kembang goyang, kembang kenango, kelapo standan dan lain sebagainya

Sementara itu, untuk mempelai pria akan mengenakan baju lengan panjang dan kain songket dengan bahan dan warna yang senada dengan mempelai wanita. Selain itu, mempelai pria juga akan dilengkapi dengan selempang songket dan tak ketinggalan penutup kepala berbentuk songkok berwarna keemasan.

Baju adat Palembang memang terkesan sangat mewah, hal tersebut disebabkan karena pada masa lampau kerajaan Sriwijaya yang menjadi cikal bakal masyarakat Palembang memang penuh dengan kemegahan dan keindahan. Oleh sebab itu, hingga di zaman modern seperti saat ini, kesan mewah dan megah masih dipertahankan sebagai busana tradisional yang dikenakan untuk acara-acara resmi.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published.