Rumah Adat Suku Melayu

  • Budayanesia
  • Apr 22, 2024
Rumah Adat Suku Melayu

Melayu merupakan salah satu suku yang banyak sekali mendiami kawasan Pulau Sumatera. Mereka hidup di berbagai provinsi di Sumatera dan melahirkan banyak sekali kebudayaan baru, salah satunya adalah rumah adat.  Rumah adat suku Melayu adalah identitas dari eksistensi mereka selama ini.

Rumah tradisional Melayu memiliki hubungan yang kuat dengan akar kebudayaan suku-suku Melayu, baik mereka yang tinggal di Riau, Bangka Belitung, atau beberapa kota lainnya di Sumatera. Rumah adat ini mewakili estetika karena memiliki hubungan dengan alam.

Nama Rumah Adat Suku Melayu dan Gambarnya

1.     Bale Salaso Jatuh Kembar

Rumah Adat Suku Melayu

Rumah adat suku Melayu yang pertama adalah selaso jatuh kembar, sebuah rumah dengan bentuk panggung besar mempunyai satu tingkatan lebih. Filosofi dari penamaan rumah adat ini disebabkan bagian selasarnya dibuat lebih rendah dari ruang tamu.

Secara keseluruhan,  keunikan dari selaso jatuh kembar ini dibuat dengan berbagai bahan alami seperti bagian atap rumah dari daun rumbia dan lantai yang dibuat dari kayu dengan kualitas terbaik.

Rumah adat Kepulauan Riau ini awalnya berfungsi sebagai balai untuk menggelar berbagai acara untuk rapat adat.  Maka dari itu, rumah tradisional suku Melayu Riau ini juga bisa disebut dengan nama balai salaso jatuh.

Walau rumah ini tidak difungsikan sebagai tempat tinggal, selaso jatuh kembar masih terbagi menjadi beberapa bagian ruang. Pertama, ada sebuah ruangan dengan ukuran yang luas untuk difungsikan sebagai tempat musyawarah.

Kemudian, ada juga ruang khusus untuk menyimpan segala macam benda benda tradisional khas suku Melayu mulai alat tari, musik hingga perlengkapan masak.

Nah, nilai filosofis lainnya dari rumah adat Melayu ini adalah  terdiri dari beberapa tingkatan. Seperti, memiliki tanda silang di bagian ujung atap rumahnya yang dinamakan oleh masyarakat “sulo bayung” (selembayung).

Ada juga tanda silang ini juga melintang pada bagian kaki atap dan dinamakan dengan istilah sayok layangan.

2.     Rumah Atap Lotik

Rumah Atap Lotik

Masih dari Riau, rumah adat suku Melayu selanjutnya adalah rumah atap lotik. Dinamakan dengan “Atap Lotik” karena memang atapnya memiliki model yang cukup unik dan itulah yang menjadi ciri khas dari rumah tradisional suku Melayu satu ini.

Rumah atap lotik sendiri asalnya awalnya berasal dari Kabupaten Kampar dan masyarakat juga sering menyebutnya dengan pancalang. Dinamakan dengan pancalang karena memang bagian hiasan ornamen di dinding depan rumah atap lotik ada perahunya.

Menurut sejarah, keunikan atap rumah suku Melayu Riau ini hampir menyerupai rumah adatnya Minangkabau, yang hampir berbentuk perahu. Atap lotik khas Riau ini bahkan mempunyai dua ujung yang cukup tajam dengan bagian tengahnya dibuat melengkung.

Filosofi dari atap yang melengkung ini adalah bahwasannya hidup dan mati manusia, semuanya akan kembali lagi Tuhan.

Selain bentuk atapnya yang unik, rumah adat satu ini juga sengaja dibuat dengan model panggung dengan ketinggian 1,5 – 2 meter. Kemudian untuk bagian depan rumahnya, sengaja ditambahkan sebuah anak tangga yang lebar dan ada sebuah teras yang cukup luas untuk tempat berkumpul.

Komponen untuk membuat rumah adat ini haruslah kayu. Adapun kayu yang dipilih harus memiliki ketahanan yang kuat pada air mengingat rumah adat ini kebanyakan dibangun di kawasan gambut.

3.     Rumah Lipat Kajang

Rumah Lipat Kajang

Rumah adat dari suku Melayu Riau selanjutnya adalah lipat kajang. Filosofi kata “Lipat” pada rumah adat ini adalah menunjukkan bahwa atap rumah dibuat dengan bentuk berlipat, sementara untuk kata “Kajang” sendiri mempunyai makna kelokan yang berarti jalan maupun sungai.

Nah, lipatan atap yang ada di rumah adat ini hampir seperti perahu dengan dua ujungnya yang saling terangkat ke atas. Masyarakat setempat menamakan atap ini dengan jerambah. Uniknya, rumah adat satu ini ternyata perpaduan lho dari rumah adat Palembang.

Nah, adanya asimilasi budaya ini kemudian membuat suku Melayu yang berada di Riau menyebut atap dengan kata jerambah.

Rumah tradisional lipat kajang hampir sepenuhnya dibangun dengan komponen kayu. Selain itu, rumah juga sengaja dibuat dengan bentuk panggung untuk melindungi keluarga dari binatang buas, banjir, dan untuk meningkatkan ventilasi.

Tata ruang rumah biasanya memiliki sekat ruangan, tangga di bagian depan rumah dan atap vernakular. Komponen rumah adat ini adalah hal yang sangat khas dari suku Melayu.

 

4.     Rumah Radakng

Rumah Radakng

Radakng adalah rumah adat suku Melayu Kalimantan Barat. Rumah ini memiliki ciri khas seperti bentuknya yang panjang dan berbentuk panggung. Saking panjangnya rumah adat ini, bahkan bisa mencapai 180 meter dengan kisaran lebar 30 meter.

Radakng sendiri dalam bahasa Indonesia jika diartikan adalah panjang sehingga tidak heran jika rumah adat ini memang mempunyai ukuran yang amat panjang, berbeda dengan rumah lainnya.

Nah, filosofi rumah dari suku Melayu Kalimantan Barat yang terkenal dengan panjangnya ini adalah mencerminkan kebersamaan dan toleransi bagi seluruh anggota yang tinggal di dalam rumah.

Ya, mengingat ukuran panjang dari rumah adat ini, maka tidak heran jika satu rumah bisa menampung banyak sekali anggota keluarga. Bahkan, menurut cerita yang beredar, rumah ini mampu untuk menampung hingga ratusan orang.

Rumah adat radakng ini berasal dari Desa Saham, Kabupaten Landak. Komponen dari rumah radakng yang menjadi material utama pembangunan rumah adat suku Melayu ini adalah kayu. Hampir semua konstruksi rumahnya dibuat dari kayu, mulai dari pilar, tangga, hingga papan kayu sebagai dindingnya.

5.     Rumah Adat Suku Melayu Deli

Rumah Adat Suku Melayu Deli

Melangkah ke kawasan Sumatera Utara, ada sebuah rumah adat suku Melayu dari kawasan Deli Serdang yang terkenal dengan bentuk panggungnya. Rumah adat ini berbentuk panggung dengan penyangga mencapai 2 meter. Rumah adat dari suku Melayu satu ini mempunyai desain yang terbilang unik.

Desain itulah yang menjadikan rumah adat Melayu di Sumatera Utara ini memiliki arsitektur yang khas. Jadi, dengan ketinggian pilar rumah mencapai 2 meter, bagian bawahnya sengaja dibuat untuk bersantai.

Para anggota rumah bisa menjadi ruangan yang ada di bawah tangga rumah ini sebagai tempat berkumpul dan bersantai. Selain itu, rumah ini juga memiliki dua tangga di bagian depannya yang terkoneksi langsung pada teras depan.

Hampir semua komponen yang ada di rumah ini 75%nya terbuat dari bahan kayu, sehingga menjadikan rumah adat satu ini cukup sejuk. Setiap depan rumah juga ditambah dengan berbagai ukiran dan ornamen khas suku Melayu.

Ukiran rumah biasanya didominasi warna merah dan kuning dan dapat ditemukan dalam berbagai macam motif, seperti pucuk rebung atau selembayung.

Rumah adat suku Melayu satu ini umumnya selalu menghadap ke badan sungai dengan filosofi bahwa bahwa masyarakat tidak bisa terlepas dari fungsi sungai sebagai satu-satunya jalan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Sebenarnya masih ada banyak sekali rumah adat suku Melayu yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan dahulu suku Melayu bermigrasi ke berbagai daerah di Indonesia seperti Kalimantan, Jambi, Deli Serdang, dan lain sebagainya sehingga muncullah banyak rumah adat yang tersebar di wilayah Indonesia.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published.