Nama Rumah Adat Maluku

  • Budayanesia
  • Apr 20, 2024
Nama Rumah Adat Maluku

Kebanyakan orang mungkin hanya mengenal Nama Rumah Adat Maluku sebagai baileo saja, padahal terdapat nama lain yang juga merupakan bagian dari kebudayaan di Maluku yang berasal dari etnis yang berbeda. Dikutip dari Brainly, Maluku merupakan provinsi bagian selatan yang memiliki ibu Kota Ambon.

Wilayah ini terkenal dengan alat musik tradisionalnya yaitu tifa dan totobuang. Maluku juga terkenal dengan tarian tradisionalnya yang bernama cakalele. Tarian ini melambangkan keperkasaan yang dimiliki oleh masyarakat Maluku.

Nama Rumah Adat Maluku Serta Keterangan dan Penjelasannya

Nama Rumah Adat Maluku

Maluku memiliki bentuk rumah adat yang menjadi simbol keanekaragaman budaya yang ada di Maluku yang berasal dari latar belakang suku, ras, dan agama. Setiap rumah adat memiliki filosofi dan bentuk yang berbeda-beda.

Dengan mengetahui nama rumah adat Maluku dan penjelasannya, hal tersebut bisa dibedakan secara lebih mudah. Ini merupakan sebuah warisan budaya yang menakjubkan dan harus dijaga dan dimanfaatkan untuk dapat menggali ilmu pengetahuan, budaya, dan sejarah.

Jika terus dilestarikan, maka kebudayaan ini bisa menarik perhatian para wisatawan untuk datang ke wilayah Maluku. Rumah adat di Maluku ada 3 jenis yaitu sasadu, hibualamo dan baileo. Ketiga rumah tersebut memiliki ciri dan karakteristik masing-masing. Simaklah uraian dan gambarnya di bawah ini:

1.     Rumah Sasadu

Rumah Sasadu

Sasadu merupakan rumah karya asli yang dibangun oleh masyarakat suku Sahu yang sejak dahulu telah lama tinggal di Halmahera. Dari segi filosofi dan bentuk, rumah ini berbeda dengan adat Baileo.

Sasadu memiliki bentuk rumah panggung dengan batang pohon sagu sebagai pilat dan menggunakan anyaman daun satu untuk bagian atapnya. Rumah adat ini tidak memiliki dinding penutup.

Sasadu dibangun tanpa menggunakan paku, namun menggunakan bahan alam seperti pasak kayu. Material utama penyusun rumah adat ini adalah ijuk, daun kelapa dan daun sagu. Rumah adat ini dibangun sebagai tempat musyawarah dilaksanakan.

Meskipun tidak memiliki dinding, rumah ini dilengkapi oleh 6 pintu dengan fungsi yang berbeda. 2 pintu untuk laki-laki, 2 pintu untuk perempuan dan 2 pintu untuk tamu. Sasadu dibangun dengan ukuran yang besar, luas dan hanya terdiri dari satu ruangan saja tanpa adanya sekat.

Sasadu berasal dari kata sasa-sela-lamo yang memiliki arti besar serta tatadus-tadus yang artinya berlindung. Rumah adat ini memiliki beberapa filosofi sebagai berikut;

  • Bagian bawah dari atap rumah sasadu dibuat lebih pendek dibandingkan dengan langit-langitnya yang memiliki arti keterbukaan dan penghargaan kepada setiap orang yang berkunjung ke Provinsi Maluku dan menghormati aturan budaya setempat.
  • Bagian ukiran atap rumah ini mirip dengan sebuah perahu yang melambangkan kebanggaan masyarakat Maluku yang suka melaut, karena dilahirkan dari keturunan pelaut handal.
  • Bagian atap rumah ini terdapat 2 helai kain berwarna putih dan merah yang menunjukkan rasa nasionalisme dan komitmen yang tinggi dari masyarakat daerah Maluku.
  • Terdapat juga bola-bola yang terbuat dari ijuk yang melambangkan kearifan serta kestabilan.
  • Ukuran ujung atap dibuat lebih pendek sehingga mengharuskan setiap orang yang berkunjung menundukkan kepalanya untuk dapat masuk. Hal tersebut sebagai simbol rasa hormat dan kepatuhan para pendatang terhadap aturan adat masyarakat setempat.

2.     Rumah Baileo

Rumah Baileo

Secara nasional Nama rumah adat Maluku adalah baileo. Rumah ini menjadi salah satu budaya yang paling terkenal dan menjadi jati diri adat Maluku.

Bangunan ini dibuat sebagai tempat para tetua adat melaksanakan diskusi untuk membahas isu-isu yang beredar di masyarakat setempat. Rumah berkolong ini memiliki bentuk persegi dengan pondasi yang terbuat dari papan dan kayu. Bagian atapnya menggunakan daun sagu.

Berbeda dengan kebanyakan rumah adat, baileo memiliki ukuran yang sangat besar dan besar. Baileo digunakan sebagai identitas dari Maluku dan sering digunakan sebagai tempat penyimpanan benda suci, menjadi balai warga dan tempat dilaksanakannya upacara adat.

Bangunan rumat adat ini memiliki keunikan dan nilai filosofi yang berbeda dengan rumah adat yang lainnya. Apa saja nilai filosofi dari rumah adat ini? Simak uraiannya sebagai berikut:

  • Rumat adat ini dibangun terbuka tanpa menggunakan dinding sebagai tanda penghormatan bagi para arwah leluhur agar mereka bisa lebih bebas keluar dan masuk.
  • Terdapat banyak ukiran dengan motif 2 ekor ayam saling berhadapan yang diapit oleh 2 ekor anjing di bagian kedua sisinya.
  • Lantai rumah ini dibuat lebih tinggi dengan tujuan agar roh nenek moyang bisa mendapatkan derajat yang lebih tinggi.
  • Rumah ini tidak memiliki sekat pada bagian dindingnya agar masyarakat yang berada di luar bisa bermusyawarah dan mendengarkan nasehat para tetua yang ada di dalam.
  • Ornamen utama dari rumah ini adalah ukiran berbentuk matahari, bulan dan bintang yang ada pada bagian atap. Biasanya dibuat dengan warna merah, hitam dan kuning. Ukiran ini memiliki makna komitmen untuk menjaga keutuhan adat Maluku.
  • Rumah baileo dilengkapi 3 buah tangga di bagian depan, sebelah kiri dan belakang. Khusus di bagian depan terdapat sebuah batu yang dijadikan sebagai alas pijakan dan tempat menaruh sesaji.
  • Terdapat batu berbentuk datar yang disebut dengan pamali. Bilik pamali digunakan untuk menyimpan barang keramat yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
  • Rumah ini dilengkapi dengan tiang penyangga yang terdiri dari 9 tiang di bagian depan dan belakang serta 5 tiang di bagian kanan dan kiri. Jumlah tiang yang ada melambangkan persekutuan antar desa dan kelompok yang ada di masyarakat Maluku.

3.     Rumah Hibualamo

Nama Rumah Adat Maluku

Meskipun kebanyakan orang mengetahui rumah adat Maluku adalah baileo, namun ada juga nama rumah adat lain yang berasal dari suku Galela dan Tobelo yang tinggal di Maluku bernama rumah hibualamo.

Nama rumah adat Maluku Utara terdiri dari dua kata yaitu hibua yang memiliki arti rumah dan lamo yang memiliki arti besar.  Masyarakat Galela dan Tobelo umumnya adalah generasi pelaut dan mayoritas sebagai nelayan.

Rumah ini dibangun sebagai pusat kegiatan masyarakat setempat. Selain itu, bangunan ini juga sering digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan upacara adat saat memasuki masa tanam atau masa panen. Rumah ini dibangun secara unik dengan dasar filosofi sebagai berikut:

  • Rumah ini memiliki 8 sisi dengan empat pintu masuk yang berada di 4 penjuru mata angin yang berbeda.
  • Rumah adat ini hanya menggunakan 4 warna yaitu putih, merah, kuning dan hitam. Setiap warna memiliki arti masing-masing, putih melambangkan kesucian, merah artinya kegigihan, kuning merupakan kejayaan serta kemegahan dan hitam sebagai lambang solidaritas.
  • Rumah adat ini memiliki bentuk khas yang memiliki delapan sudut (octagon) dengan ornamen ukuran binatang yang terdapat pada bagian tiang dan bubungan rumah.
  • Atap rumah ini berbentuk seperti perahu yang mencerminkan kebudayaan suku setempat.

Nama rumat adat Maluku harus tetap dijaga kelestarian dan nilai kebudayaannya, agar generasi selanjutnya juga bisa mempelajarinya dengan baik. Ini merupakan aset kebudayaan nasional yang harus dijaga sebagai bagian dari jati diri masyarakat yang ada di wilayah Maluku.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published.