Baju Adat Dayak

  • Budayanesia
  • Apr 15, 2024
Baju Adat Dayak

Salah satu suku yang paling populer di Indonesia adalah Suku Dayak. Eksotisme yang ditawarkan oleh suku dari Kalimantan ini memang tidak bisa dipungkiri. Ada banyak pesona yang ditawarkan oleh suku yang terkenal dengan tampilan fisik yang menarik ini, salah satunya adalah baju adat Dayak.

Apakah kamu tahu bahwa baju adat suku Dayak berbeda-beda tergantung dari sub suku dan juga tingkatan sosial? Perbedaan tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan tinggal serta budaya yang berbeda. Suku Dayak yang tinggal di pedalaman memiliki ciri yang berbeda dengan Suku Dayak yang tinggal dekat peradaban modern.

Keunikan/Ciri Khas Baju Adat Dayak

  1. Kenyah

Baju Adat Kenyah

Suku Dayak Kenyah atau Kayan, merupakan suku Dayak yang hidup di daerah Kalimantan Utara dan Timur. Dari pengamatan Budyayanesia, sebenarnya pakaian adat suku-suku Dayak hampir sama, hanya beberapa detail yang mereka miliki yang membedakan.

Untuk pakaian pria Dayak Kenyah, terdiri dari tujuh bagian. Pada bagian kepala, terdapat topi pelindung yang dinamai Bluko’. Topi yang dianyam dari rotan ini penuh dengan manik-manik, taring macan serta bulu kambing. Selain itu, bulu hewan lain yang ditempelkan di bagian atas bluko’ adalah bulu enggang dan bulu pegun.

Pada bagian lengan terdapat gelang yang disebut Leko’ Lengen. Dulunya gelang ini berguna mencegah tangan kram ketika sedang perang. Untuk bajunya, disebut dengan Besunung, yang dibuat dari kulit hewan, misalnya harimau, beruang, maupun kambing. Baju Besunung wajib digunakan ketika rapat atau upacara adat dan juga jika terjadi peperangan.

Sebagai penutup alat vital, terdapat cawat yang disebut dengan Avet yang dipadukan dengan Tabit sebagai alas duduk. Pada bagian betis terdapat gelang yang disebut Leko’ Bate yang berfungsi sama dengan Leko’ Lengen.

Sebagai pelengkap baju adat Dayak pria Kenyah, terdapat Klempit yang berfungsi sebagai perisai dan juga tentu saja mandau khas Dayak yang disebut dengan Baing.

Sedangkan untuk baju adat Dayak perempuan Kenyah, pakaian mereka juga terdiri dari beberapa bagian, pada bagian kepala juga terdapat Bluko’ dan Leko’ Lengen pada lengan. Hanya saja, fungsi Leko’ Lengen perempuan berbeda pria, sebab hanya digunakan sebagai pemanis saja.

Nama baju adat tersebut adalah Sapai dan Ta’a Inu’ yang terbuat dari manik dan akan berbeda tergantung dari tingkatan sosialnya. Untuk melengkapi pakaian tersebut, terdapat ikat pinggang  yang disebut Beteng dan juga kalung manik yang disebut Uleng. Pada bagian jari, terdapat cincin dari bulu enggang yang disebut Kirip.

  1. Ngaju

Baju Adat Ngaju

Suku yang menempati Kalimantan bagian Tengah. baju adat Dayak Ngaju hampir sama dengan suku Dayak Kenyah. Busana pria Dayak Ngaju juga terdiri dari topi, baju yang berbentuk rompi, serta kain penutup untuk tubuh bagian bawah yang panjangnya mencapai lutut. Terdapat pula ikat pinggang dan gelang tangan.

Begitu pula untuk para perempuan Dayak Ngaju, mereka mengenakan ikat kepala, rompi dan juga bawahan yang berupa rok dengan panjang selutut. Baju tersebut dilengkapi pula dengan ikat pinggang, gelang dan juga kalung.

Hal yang membedakan adalah warna baju dari suku Dayak Ngaju yang lebih berwarna kecoklatan pada hampir seluruh baju, sedangkan pada Dayak Ngaju terdapat corak berwarna hitam putih. Selain itu, baju adat Dayak Kenyah terbuat dari kulit binatang, sedangkan Dayak Ngaju terbuat dari kayu siren, kayu nyamu dan serat alam.

  1. Kutai

Baju Adat Kutai

Suku Kutai merupakan suku yang mendiami Kalimantan Timur atau Kaltim. Mereka memiliki baju adat yang disebut dengan Kustin. Arti kata dari kustin adalah pakaian kehormatan dari suku Kutai. Pada zaman Kutai Kartanegara, baju Kustin ini diperlukan sebagai busana khusus ketika pernikahan yang hanya boleh dipakai oleh masyarakat dengan status sosial menengah ke atas.

Bahan dasar pembuatan Kustin adalah kain beludru warna hitam. Baju Kustin dibuat berlengan panjang dan berkerah tinggi. Pada bagian ujung lengan, kerah hingga dada dihiasi dengan manik atau pasmen.

Baju pria Dayak Kutai terdiri dari ikat kepala yang disebut dengan Setorong. Penutup kepala ini dihiasi lambang dengan wujud Wapen. Sedangkan pelengkap dari baju lengan panjang adalah celana panjang yang dipadukan dengan Dodot Rambu.

Baju wanita Dayak Kutai sama dengan baju pria, hanya saja mereka memakai rok. Selain itu, rambut mereka disanggul. Untuk baju bagian belakang atas, terdapat kelibun yang dibuat dari benang sutra dan berwarna kuning. Cara membuat baju kustin harus sesuai dengan tradisi dan pakem yang sudah ditentukan.

  1. Bulang Kuurung

Baju Adat Bulang Kuurung

Baju yang biasanya dipakai oleh para dukun suku Dayak ini memang jarang dibahas, padahal baju ini juga sangat unik dan terbagi menjadi tiga macam, yaitu baju adat tanpa lengan, baju adat berlengan pendek atau yang disebut dengan dokot, serta baju berlengan panjang yang disebut lengke yang cocok digunakan untuk kamu yang berjilbab.

  1. Bulang Burai King

Baju Adat Bulang Burai King

Baju Bulang Burai King merupakan baju adat Dayak yang paling populer. Corak dari baju ini lebih ceria dan penuh dengan manik aneka warna. Bisanya baju adat ini digunakan ketika melaksanakan upacara adat. Kamu bisa mendapatkan baju semacam ini di toko jual baju yang banyak terdapat di aplikasi e-commerce.

Baju Adat Dayak Untuk Menikah

Baju Adat Dayak Untuk Menikah

Ada dua macam baju adat suku Dayak yang dipakai pada acara pernikahan, yaitu baju Sangkarut dan Kustin. Baju Sangkarut atau yang juga disebut dengan Basulau merupakan pakaian yang banyak ditemui pada suku Dayak yang hidup di Kalimantan Tengah.

Baju ini disebut dengan Basulau sebab terdapat lapisan dari kerang yang disebut dengan Sulau. Sedangkan bahan pembuat baju sangkarut adalah serat dari tumbuhan, seperti daun nanas, daun lemba, nyamu dan juga tenggang. Sayangnya, baju semacam ini sudah jarang sekali digunakan. dan harga jualnya juga mahal.

Sedangkan baju Kustin adalah yang paling banyak ditemukan dan masih bisa dilihat sampai sekarang. Baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam ini dihiasi dengan manik-manik. Pada zaman dahulu, hanya para bangsawan dan golongan menengah ke atas saja yan boleh menggunakannya.

Baju Adat Dayak Anak-anak

Baju Adat Dayak Anak anak

Pada dasarnya, tidak ada perbedaan antara pakaian adat yang digunakan untuk anak-anak maupun dewasa. Tentunya yang membedakan adalah ukuran dan juga pemakainya. Baju adat untuk anak lelaki berbeda dengan anak perempuan, sama seperti baju pria dan baju perempuan yang kerap kita lihat di berbagai acara adat maupun fashion show.

Selain itu corak dan motif yang terdapat pada baju anak lebih sederhana dibandingkan dengan dewasa. Hal ini disebabkan corak baju pada masyarakat Dayak merupakan simbol. Semakin penting jabatannya, maka akan semakin marak motif yang terdapat dalam baju mereka.

Jadi bisa dikatakan, anak-anak masih polos sehingga motif baju mereka lebih sedikit. Namun, anak dari golongan bangsawan, walaupun sederhana, memiliki motif baju yang lebih berwarna daripada anak dari golongan masyarakat biasa.

Pada masyarakat Dayak, motif yang membentuk wajah manusia merupakan motif untuk strata sosial tertinggi, disusul bentuk hewan dan tumbuhan.

Baju adat Dayak semakin terkenal ketika banyak pejabat hingga presiden menggunakan baju adat ini dalam beberapa acara kenegaraan di Jakarta. Tentu saja hal ini membangkitkan kecintaan yang besar kepada pakaian adat nusantara, terutama pada generasi muda yang memang diharapkan bisa terus memelihara warisan budaya nenek moyang.